PMII BERSAMA MASYARAKAT
Pmiipekalongan.com: Oleh Saeful
Bukti kehambaan manusia kepada Allah adalah ketika manusia mampu menjadi khalifah fil ardh, sehingga rahmat dan kasih sayang-Nya terwujud dalam setiap langkah dan sikapnya. Selain itu, manusia diberikan tugas menjadi pemimpin di muka bumi. Dengan membawa rahmat serta kasih sayang Tuhan semesta alam, sudah seharusnya manusia bersikap adil dan membawa kesejahteraan bagi alam semesta dan seisinya dengan baik dan benar, tanpa merusak dan menzalimi sesama makhluk Tuhan. Hal ini menjadi refleksi bagi kita sebagai manusia, terutama para pemimpin di negeri ini, agar selalu berbuat adil untuk rakyat dan menciptakan kesejahteraan bagi yang dipimpinnya, serta tidak mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan yang merusak lingkungan untuk kerakusan hawa nafsunya.
Menjelang Pilkada Kabupaten Pekalongan, banyak sekali fakta dan opini yang bertaburan sehingga membentuk perilaku masyarakat terhadap kebijakan pemerintah dan penentuan pilihan. Karena Pilkada bukan sekedar memilih pemimpin, namun menentukan masa depan Kabupaten Pekalongan. Harapan masyarakat mengarah pada adanya kemajuan di Kabupaten Pekalongan dari segi ekonomi, pembangunan, dan pendidikan yang merata di setiap desa. Sudah semestinya masyarakat sadar akan hak dan tanggung jawabnya dalam menentukan arah masa depan daerah serta membangun perubahan nyata pada Pilkada tahun 2024.
Masyarakat merupakan elemen terpenting dalam berjalannya sistem demokrasi, karena setiap satu suara rakyat menentukan masa depan daerah. Tanpa partisipasi aktif dari masyarakat, demokrasi hanyalah sebuah sistem formalitas tanpa makna yang sebenarnya. Patut disadari bersama bahwa masyarakat memainkan peran utama dalam menentukan perubahan dan kemajuan daerah serta Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari peran mahasiswa dan masyarakat sebagai pondasi dalam perubahan dan kemajuan suatu daerah dan bangsa.
Mahasiswa dan masyarakat merupakan elemen yang tidak bisa dipisahkan. Mahasiswa mendapatkan ilmu dari dan untuk masyarakat, sementara masyarakat membutuhkan kontribusi dan ide segar dari mahasiswa untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan tantangan zaman. Karena keduanya saling mempengaruhi dan berperan penting dalam perkembangan sosial, ekonomi, dan politik.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) hadir sebagai laboratorium bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri dalam hal intelektual, kepekaan sosial, dan siap menjadi agen kontrol sosial. Bukan hanya memiliki ide atau gagasan, namun juga mampu menjawab persoalan-persoalan yang terjadi di tengah masyarakat, karena hal ini merupakan sifat dari PMII.
PMII mengemban amanat untuk membersamai masyarakat serta memperjuangkan keadilan bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam hal ini, PMII memiliki tanggung jawab besar dalam ruang lingkup masyarakat karena PMII memiliki sifat kemasyarakatan, keagamaan, kebangsaan, kemahasiswaan, independen, dan keprofesionalan. Dengan dasar yang jelas, PMII mengambil peran untuk bersama-sama masyarakat dalam menghadapi persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Bersama masyarakat sudah menjadi komitmen kuat bagi PMII sejak berdirinya, dalam menghadapi persoalan sosial yang terjadi. Membantu masyarakat sudah menjadi kewajiban bagi PMII. Karena di antara sifat PMII adalah kemasyarakatan, yang mana PMII merupakan bagian dari masyarakat tanpa batasan sosial. Pada dasarnya, PMII hadir untuk membantu masyarakat dalam menghadapi problematika di ruang lingkup kehidupan bermasyarakat.
PMII melakukan ruang-ruang diskusi dan dialektika bersama masyarakat, sebagai refleksi mengenai persoalan yang ada. Dari hasil diskusi, PMII akan membersamai masyarakat dalam menyelesaikan persoalan, seperti yang dilakukan oleh sahabat-sahabat di PC PMII Pekalongan. Mereka mengadakan diskusi dengan beberapa elemen masyarakat, seperti LPBINU Pekalongan, komunitas Ringan Tangan, serta melakukan dialog langsung dengan masyarakat Desa Lumeneng, Kecamatan Paninggaran, yang berada di wilayah pegunungan Kabupaten Pekalongan. Banyak persoalan yang ditemukan, termasuk masalah lingkungan, tata ruang hidup, pertanian, kerusakan hutan, dan ketimpangan sosial.
Diskusi bersama beberapa elemen masyarakat menemukan beberapa konflik di Desa Lumeneng, di antaranya terkait pengelolaan dan pemanfaatan air. Pertama, pembagian air bersih yang belum merata ke pemukiman warga. Kedua, tata kelola pengairan untuk pertanian yang belum memadai akibat aliran irigasi yang tidak sesuai kebutuhan sawah. Ketiga, pemanfaatan air bersih yang seharusnya digunakan untuk masyarakat umum, namun digunakan untuk kepentingan pribadi dan dikomersialkan.
Kerusakan hutan di Desa Lumeneng terjadi karena penebangan liar tanaman akar rotan, tanpa memikirkan pentingnya konservasi akar rotan untuk menjaga mata air. Selain itu, tidak ada upaya reboisasi hutan lindung, meski beberapa pohon telah ditebang.
Persoalan lingkungan di Pekalongan juga terlihat dari penambangan galian C, pendirian pabrik sepatu, penampungan sampah yang sudah overload, serta bencana alam seperti tanah longsor akibat kurangnya reboisasi hutan. Pekalongan juga menjadi kota penyangga bagi Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), sehingga terjadi perubahan tata ruang dan tata kelola daerah yang berdampak pada ruang hidup masyarakat dan kerusakan lingkungan.
Melalui diskusi bersama elemen masyarakat, PMII mendalami problematika yang ada, mengandalkan pembacaan data faktual untuk mendudukkan persoalan dan menentukan solusi. PMII menggunakan Aswaja sebagai manhaj al-fikr dalam mencari solusi berbasis data dan kondisi yang dirasakan oleh masyarakat. PMII berperan sebagai jalan tengah dalam mencari solusi yang adil dan maslahat.
Makna “bersama masyarakat” bagi PMII adalah melakukan FGD (Focus Group Discussion) dengan elemen-elemen terkait, sehingga masyarakat sadar terhadap masalahnya dan mampu mencari alternatif solusi. PMII berkomitmen untuk selalu bersama masyarakat dalam menghadapi persoalan sosial, politik, pendidikan, maupun lingkungan. Dengan banyaknya persoalan dan ketimpangan yang terjadi, PMII akan terus bersinergi dengan masyarakat untuk mencari solusi yang maslahat.
Melihat realita, masih ada anggapan bahwa Pekalongan minim dalam pembangunan merata, ekonomi menengah ke bawah masih sulit berputar, dan kekuasaan lebih berpihak kepada investor.
Post Comment